Rabu, 13 Juni 2012

APLIKASI PERKULIAHAN DENGAN CARA SOFT SKILL


Perkuliahan soft skill adalah perkuliahan yang mengedepankan komunikasi dan sikap sedangkan hard skill adalah perkuliahan yang mengusung kompetensi sesuai bidang yang digeluti masing-masing mahasiswa/i. 

Soft skill disini berarti mengarahkan dan memperkokoh pondasi sikap positif kepada para mahasiswa/i agar menjadi manusia yang berkepribadiaan mulia untuk menunjang keahlian sesuai bidangnya. Sehingga para mahasiswa mampu menjalankan Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu : Pendidikan & Pengajaran, Penelitian, serta Pengabdian kepada masyarakat.

Bertatap muka dalam perkuliahan soft skill antara dosen dan mahasiswa/i adalah sebulan 1 kali. Dan lebih diwajibkan untuk memanfaatkan aplikasi internet seperti blog atau web. Tugas ataupun tulisan yang diupload ke studentsite (account pribadi dari pihak universitas untuk kepentingan yang bersangkutan dengan perkuliahan) dan secara langsung akan terdaftar pada porto folio masinng-masing mahasiswa. 

Adapun cara menupload tugas & tulisan ke studentsite adalah:
  •  Copy tugas atau tulisan yang telah anda buat di word processor masing-masing lalu sign in blog pribadi setelah pada home / blog dashbor klik create new post atau icon seperti gambar pensil.
  • Selanjutnya paste pada kotak untuk menulis atau compose  (hal ini dimaksudkan agar tulisan lebih terlihat rapi) klik publish maka akan masuk pada post list blog anda.
  • Untuk melihatnya klik view maka akan tampil isi halaman tersebut beserta URL yang ada pada blog pribadi anda.
  • Kemudian log in studentsite yang telah anda miliki. Klik pull down pada home studentsite anda yang terletak di pojok kanan atas, pilih Tugas (UG Portofolio) untuk upload tugas anda sedangkan untuk upload tulisan pilih Tulisan (UG Portofolio). Perbedaan upload tugas dengan tulisan hanya terletak pada bagian Mata Kuliah saja.
  • Tugas (UG Portofolio) lalu ketik judul tugas yang anda buat, copy + paste URL yang terletak di halaman anda yang bersangkutan dengan judul yang anda ingin upload ke studentsite, ketik Mata Kuliah sesuai tugas anda, kemudian klik submit.
  • Tulisan (UG Portofolio) setelah itu ketik judul tulisan yang ingin anda upload ke studentsite pribadi, copy + paste URL yang tertera pada halaman yang berhubungan dengan judul yang sama, setelah itu klik submit.

KEKAYAAN JIWA


“Tidak disebut kaya karena banyak hartanya tetapi yang disebut kaya (yang sebenarnya) adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim)

K
arakter macam inilah yang dibangun oleh Rasulullah kepada para sahabatnya, sehingga tidak mudah bagi mereka untk menengadahkan tangan, meminta-minta bantuan orang lain, sekalipun mereka dalam kesusahan. Abdurahman bin Auf adalah salah satu contohnya. Memang, beliau adalah termasuk salah satu sahabat yang kaya raya.
Namun perlu diperhatikan, ketika beliau hijrah ke Madinah, kekayaan yang dimilikinya ditinggal ke Mekkah. Setibanya beliau di Madinah, kemudian Rasulullah mempersaudarakannya dengan salah satu sahabat Anshor, Sa’ad bin Ar-Rabi’. Ketika itulah terlihat betapa Abdurrahman termasuk tipe orang yang tidak ingin merepotkan orang lain dengan cara manerima segala apa yang ditawarkan kepadanya.
Saat itu, saudara Anshor tersebut mamberinya tawaran agar Abdurrahman sudi menerima sebagian harta yang saudara Anshornya miliki, termasuk salah satu istrinya, apabila Abdurrahman berkenan.
Namun apa yang dilakukan oleh sahabat mulia ini, beliau menolak dengan halus, dan meminta agar ditunjukkan pasar. Dengan kemahirannya dalam berniaga, akhirnya beliau mampu memperoleh apa yang pernah ia rasakan sebelum berhijarah, yaitu harta yang berlimpah ruah.
Perilaku yang tidak jauh berbeda, juga ditunjukkan oleh para sahabat muhajirin lainnya, ketika memperoleh tawaran dari saudara-saudara mereka, sahabat-sahabat Anshor. Karenanya, menanamkan konsep bahwa “tangan diatas itu lebih baik daripada tangan di bawah” setelah memiliki jiwa wirausaha, merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam meninggalakn kebiasaan meminta-minta.



Sumber :
Majalah Muzakki edisi Oktober 2010

Selasa, 12 Juni 2012

MANUSIA DAN KEGELISAHAN


Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang artinya tidak tentram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, gundah gulana, cemas. Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak-gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gerak-gerik itu umumnya lain dari biasanya; misalnya berjalan mundar-mandir, duduk termenung, wajahnya murung atau sayu, malas bicara, dll.
          Sigmund Freud ahli psikoanalissa berpendapat, bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia, yaitu :
  • Kecemasan kenyataan / obyektif :  suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengalaman atau suatu bahaya dari dunia luar.
  • Kecemasan neorotik / syaraf : kecemasan ini muncul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah.
  • Kecemasan moril : disebabkan karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam-macam emosi antara lain : iri, benci, dendam, marah, gelisah, serta rasa kurang kepada sikap diri sendiri.  

Untuk mengatasi kegelisahan yang terpenting harus memasrahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa tentunya kita pun harus bertekad dan berkemauan untuk tetap tenang dan sabar serta introspeksi diri, dan bertawakalah kepada-Nya serahkan sepenuhnya teruslah berprasangka baik.
         


MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB


Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menggung segal sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun tidak disengaja. Yang berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Sifatnya kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabiala ia tidak mau bertanggung jawab maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat pengabdian atau pengorbanannya. Untuk mekan kesdaran bertanggung jawab perlu memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha mealui pendidikan, penyuluhaan, keteladanan dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang di buatnya. Atas dasar iitu kemudian dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu :
a.  Tanggung jawab terhadap diri sendiri : menuntut kesadaran setiap orang untuk  memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri menurut sifat dasarnya manusia adalah makhluk bermoral dan makhluk pribadi.

b. Tanggung jawab terhadap keluarga : setiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga serta merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.

c. Tanggung jawab terhadap masyarakat : pada hakekatnya manusia sebagai makhluk sosial. Sehingga dengan demikian manusia merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain dan segala tingkah laku serta perbuatan harus dipertanggung jawabkan kepada seluruh masyarakat.

MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP


Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Karena itulah ia yang menuntun masa depan seseorang akan seperti apa. Pandangan hidup artinya pendapat / pertimbangan yang dijadikan pedoman, arahan. Pendapat / pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia yang dapat diterima oleh akal sehingga diakui kebenarannya berdasarkan pengalaman sejarah hidupnya.
          Pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
1.     Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
2.   Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
3. Pandangan hidup hasl renungan yaitu pandangan hidup yang relative kebenarannya.
Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan / kepercayaan. Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang mau diperoleh seseorang di masa mendatang. Dalam kata lain cita-cita juga sering disebut sebagai impian. Jutaan manusia di dunia mempunyai cita-cita / impian masing-masing yang akan mereka capai. Terealisasinya sesuatu impian / cita-cita sangat berdampak pada seberapa besar usaha yang dilakukan untuk mewujudkannya menjadi kenyataan. Bila impian / cita-cita tak sebanding dengan usaha untuk menggapainya maka itu semua hanyalah angan-angan, khayalan, mimpi yang hanya akan ada dalam pikiran dan tidak memberi dampak sedikit pun pada kehidupannya.  Banyak orang-orang terdahulu yang sukses dan berhasil berbagi ilmu suksesnya yang berawal dari impian / cita-cita besar serta ditunjang oleh action yang tepat, cepat, dan cerdas.
Cita-cita juga sejalan dengan adversity quotient dimana jika semakin tinggi kecerdasaan tersebut maka semakin tahan terhadap terpaan masalah, halangan serta rintangan yang menghadang untuk terus fokus pada solusinya tanpa pernah putus asa, Sekali pun ia terperosok pada jurang dalam maka ia akan membuncah dengan ketinggian yang tak terduga, seperti bola yang dipantulkan keras maka bola tersebut akan memantulkan dirinya ke atas.Dalam agama pun diperintahkan untuk berusaha. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad S.A.W yang ditujukan kepada umatnya : “Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya, dan beribadahlah kamu seakan-akan kamu akan mati besok. Dari hadits ini dapat dinyatakan bahwa manusia perlu kerja keras untuk memperbaiki nasibnya sendiri.
Cita-cita tak pernah lepas dan selalu terikat dengan kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai, serta tentram. Usaha atau perjuangan adalah kerja keras dan cerdas yang dilandasi keyakinan  / kepercayaan. Keyakinan / kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani dan kepercayaan kepada Sang Khaliq. “Tidak pernah ada cita-cita yang terlalu tinggi, yang ada hanyalah upaya yang tak setinggi cita-cita”.

SUMBER:
Assad, Muhammad. Notes From Qatar. 2011. Jakarta : Elex Media Komputindo
Nugroho,Widyo, dan Achmad Muchji. Ilmu Budaya Dasar. 1994. Jakarta : Universitas Gunadarma
Umara, Rangga. The Magic Of Dream Book. 2012. Jakarta : Transmedia

MANUSIA DAN KEADILAN


   A.   Menurut Aristoteles
          Keadilan adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done when euals are treated equally). Yang sering disebut sebagai keadilan distributif.
          Tujuan dari keadilan komunikatif yang sejalan dengan pendapat Aristoteles adalah memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.

   B.    Menurut Plato
Keadilan adalah orang yang mngendalikan diri, dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum masyarakat bilamana masyarakat yang adil, setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasar yang paling cocok baginya (The man behind tha gun). Pendapat ini disebut keadilan moral.

   C.    Menurut Socrates
Keadilan tercipta bilamana waraga negara sudah merasakan bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.

   D.   Menurut Pendapat Umum
Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau bisa diartikan juga sebagai keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama. Keadilan dan ketidak adilan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia karena dalam hidupnya manusia mnghadapi keadilan / ketidak adilan setiap hari.
Bahwa keadilan adalah sesuatu hal yang harus diberikan secara tepat dan sesuai dengan ukuran dan tempatnya masing-masing tanpa ada yang berlebih / bahkan kekurangan dalam menuntut hak dan menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya. Tak memandang bulu, perbedaan dari sudut manapun.